Sabtu, 23 Agustus 2014

JUST FIRST LOVE

Bagi beberapa orang, cinta pertama mungkin menyenangkan dan takkan terlupakan selamanya, namun tidak bagiku, mungkin sebaliknya aku harus melupakannya.

Melihat sepasang remaja belasan tahun berjalan berdampingan, saling memandang dan berpegangan tangan, membuatku merasa iri, diumurku yang sudah 22 tahun ini belum ada seorangpun pria yang mampu membuat jantungku berdegup kencang selain cinta pertamaku yang tidak berjalan baik. Ya, aku mencintainya, dulu aku mencintainya, aku menunggunya. Bahkan hingga aku tak lagi melihatnya dalam waktu yang teramat lama.

Dialah Fathir Juniel. Cinta pertamaku.  Wajahnya tampan dan manis, itulah yang membuatku tak pernah bosan melihatnya, sebaliknya, sehari saja aku tak melihatnya rasanya berbeda, dia bagaikan moodbooster bagiku. Fathir adalah kapten futsal si sekolahku, dan dia adalah salah satu ikon karate dari kotaku. Aneh, pertemuan kami memang tak biasa. Dimulai saat Masa Orientasi Sekolah....

Hari itu mentari begitu cerah. Aku berdiri sendiri di depan kelasku, menatap kosong entah apa yang ada dipikiranku. Tiba-tiba...

BRUKK..

Aku terjatuh di lantai, seseorang menabrakku dari belakang. Sedetik kemudian mataku memandang sepasang mata indah.
"Sorry yah. Ga sengaja td didorong." Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arahku.
"Iya, ga apa apa." Ucapku sambil berdiri. Mataku tak mampu berpaling sedikitpun.
Dia membalas dengan senyuman manis.
'Siapa dia?' Pertanyaan pertama yang muncul diotakku. 'Sepertinya kakak kelas'
Tak lama setelah jawabanku, dipun pergi tanpa permisi. Kesan pertama, ribuan tanda tanya di benakku bermunculan. Siapa dia? kok bisa nabrak? ganteng banget, makan apa yah? atau mamanya ngidam apa yah waktu hamil dia?. Pertanyaan yang tidak terlalu penting sebenarnya, tapi yasudahlah yah hahah.
BRUKKK..
Kali ini aku jatuh lebih keras dari sebelumnya.
"Oi, minggir dong, jangan berdiri ditengah jalan makanya." Berbeda dari orang pertama yang menabrakku, kali ini orang yang menabrakku lebih tidak sopan dibanding yang pertama. Dia hanya berdiri di depanku sambil mengatur nafasnya yang terengah - engah.
Aku menoleh ke sekelilingku, kanan dan kiri, depan dan belakang. Note yah guys : Aku berdiri di pinggir koridor dekat tembok kelasku. Tak terima dengan perkataannya, akupun berdiri tegak di depannya sambil bertelak pinggang.
"Lo yang liat pake mata, gue berdiri di pinggir kok. Lu aja yang dodol gak bisa bedain jalanan luas sama sempit." Ucapku langsung meninggalkannya masuk ke dalam kelas.
Belum sempat kedua kakiku masuk kekelas, ditariknya tanganku keluar lagi.
"Lo gatau gue siapa?" Ucapnya sambil memandang tajam mataku.
"Perlu tahu gak?" Dia hanya diam sambil tetap memandang mataku. "Kalo ga penting mending gak usah tahu." Aku langsung menghempaskan tangannya dari pergelangan tanganku.

"Siapa Sya?" Tanya teman semejaku.
"Gatau ngeselin banget tuh orang." Ucapku dengan nada yang masih kesal.

Keesokan harinya..

"Mana yang namanya Marsya?" Teriak seorang kakak kelas perempuan yang terdengar begitu keras dari pintu kelasku. Aku menoleh. Tepat matanya bertatapan langsung dengan mataku.
Dengan gentle aku menghampirinya.
"Kenapa ka? Saya Marsya." Ucapku
"Oh, lo yang namanya Marsha? Ada salam dari Bagus." Ucapnya dengan perubahan senyum di bibirnya.
Aku merenyitkan dahi, tanda berfikir. "Bagus?"
"Iya Bagus. Tau kan yang namanya Bagus?" Aku hanya menggeleng kepala. "Are u sure? Gatau Bagus?"
"Yang mana kak?"
"Lo cari aja Bagus captain tim Basket. Ok, tugas gue cuma nyampein salam dari Big Boss. And..." Wajahnya mendekat ke arah telingaku, "Kayaknya Bagus suka sama lo deh. Haahahah cieeee btw kita mirip yah, sama - sama sipit. Mulai sekarang lo jadi ade gue di sekolah yah."
Aku bingung harus jawab apa. Aku hanya tersenyum "Oke ka. Sip." aku menunjukan ibu jariku. Namanya Noni, aku tahu dari name tag-nya hehehe. Dia cantik, rambutnya hitam lurus dan panjang, badannya ramping dan tinggi ala - ala cover girl, kulitnya putih bersih khas, selaras dengan matanya yang cantik dia pasti chinese. Like me, perbedaan hanya di tinggi badan dan rambut, hihihi. Rambutku tidak hitam pekat, bisa dibilang Coklat tua, warna rambutku ini aku dapat dari papa yang memang keturunan Belanda, dengan ujung yang bergelombang gantung, mata yang

1 komentar: